Semasa muda, saya pernah membaca kisah “24 Sikap Berbakti”, semua kisah didalamnya sungguh membuat saya terharu. Saya tahu “sikap berbakti” adalah induk kebudayaan masyarakat Tiongkok, dan juga merupakan perbuatan kebajikan terdasar setiap umat manusia. Melalui kebajikan “sikap berbakti”, akan dapat memandu setiap orang kepada perilaku kebajikan yang terunggul. Terhadap orang tua sendiri dan semua orang lanjut usia lainnya sepatutnya diberikan penghormatan, kepada anak sendiri maupun anak-anak lainnya sepatutnya diberikan kasih sayang yang sama juga, filosofi ajaran seperti ini tidak ubahnya seperti perilaku Bodhisattva dalam ajaran agama Buddha. Kita semua ketahui bahwa : “hendaklah menyayangi orang tua” ; “dari 100 macam perbuatan baik ialah rasa bakti yang terutama.”
Saya sangat mengagumi kisah seperti “Lao Laizi bertingkah lucu menyenangkan ibunda”, “Huang Xiang mengusir nyamuk mengipasi ayah”, “Wu Meng merelakan diri digigit nyamuk”, “Wang Xiang berbaring di atas es menangkap ikan gurami”, “Wang Pou melindungi ibu yang takut halilintar”, “Tan Zi menyamar jadi rusa mendapatkan susu rusa”, “Ding Lan mengukir patung merindukan ibunda”
Saya juga sangat mengagumi kisah “Huang Tingqiang mencuci pispot ibunda”, Huang Tingqiang adalah seorang pujangga besar dinasti Sung, juga disebut sebagai Taoist Shan Gu, bait sajak serta lukisannya sangat cemerlang, bakatnya terkenal diantara khalayak ramai, dan terus tersiar hingga masa kini. Di masa pemerintahan Song Zhezong periode Yuan You, Huang Tingqiang diangkat menjadi pejabat tinggi bergelar Tai Shi, setiap hari sibuk dalam pekerjaan. Walaupun demikian, Huang Tingqiang tetap setiap pagi dan malam dengan tepat waktu masuk ke kamar ibunya untuk menanyakan kabar. Terhadap semua urusan besar kecil ibunya, semuanya diurus langsung oleh dirinya sendiri, sampai pispot yang dipakai ibunya pun, Huang Tingqiang sendiri pula yang membuangnya, serta dicuci. Ada yang berkata : “Kenapa sudah jadi pejabat tinggi, tidak menyuruh pembantu saja mengurus ibu?” ada pula : “Sudah jadi pejabat tinggi, masih membuang pispot sendiri, sepertinya tak sepadan dengan titel!” Huang Tingqiang menjawab : “Saya telah lama sedari kecil mengurus ibu, ibu pun sudah terbiasa dilayani saya, dengan begini hati beliau baru senang. Saya sudah menjadi pejabat besar, namun pejabat besar pun masihlah seorang anak dari ibunya, mengurusi langsung, membersihkan pispot itu adalah kewajiban menjadi seorang putra!” Membaca sampai disini, saya sangat terharu.
Saya ketahui, pada kisah “24 Sikap Berbakti” , walaupun terdapat berbagai sikap berbakti yang berbeda-beda, akan tetapi maksudnya sama, bertujuan untuk mencetuskan suri teladan sikap berbakti, dan bisa dikatakan pula, sikap berbakti adalah sebuah niat hati yang paling alamiah, dan bersumber dari hati yang paling lemah lembut.
Suatu malam, saya mendapat sebuah mimpi yang unik – didalam mimpi ada seorang anak muda berpakaian lusuh, sedang mencuri kue beras di altar persembahan orang di sebuah kuil. Sepulangnya ke rumah, anak muda ini memanaskan kue beras tersebut, lalu diberikan kepada ibunya untuk dimakan.
Ibunya bertanya : “Keluarga kita miskin, kamu dapat kue beras darimana?”
Anak muda ini menjawab : “Saya pinjam uang, lalu beli.”
“Pinjam uang? Bagaimana melunasinya?”
Anak muda ini menjawab : “Saya pasti kerja keras, di kemudian hari pasti membayarnya!”
Mendengar demikian ibunya menjadi tenang : “Kamu juga ayo makanlah sedikit!”
Anak muda berkata : “Ibu paling suka makan kue beras, asalkan melihat ibu makan, saya sudah sangat senang!”
Diam-diam saya perhatikan, anak muda ini adalah anak yang berbakti, dia mencuci pispot sang ibu, dia memijat sang ibu, dia menyuapi ibunya makan, ketika ibunya sakit, dia sepanjang malam tidak tidur, menjaganya terus di samping ranjang. Dia membopong ibunya kemana-mana mencari dokter. Anak muda ini sangat giat bekerja, pekerjaan sekasar apapun dia kerjakan. Kemudian --- Di dalam mimpi saya melihat dibelakang putra berbakti ini berdiri tegak sesosok dewa, saya amati baik-baik sosok dewa tersebut, tak lain ternyata adalah Zi Dong Di Jun (Dewa Wen Chang). 梓潼帝君(文昌帝君)
Dewa Wen Chang Di Jun adalah dewa yang sangat terkenal dan dipuja oleh kaum pelajar, alkisah jika mempersemayamkan Dewa Zi Dong Di Jun, orang akan menjadi pintar, serta menjadi sarjana berpredikat, akan memperoleh nilai tinggi dalam ujian. Di dalam mimpi saya melihat kuil Dewa Zi Dong Di Jun berkilau megah, sangat agung mulia.
Mimpi ini sangat unik, sangat jelas berada dalam ingatan saya. Sekitar 3 hari kemudian, di antara kumpulan orang yang berkonsultasi ada seorang anak muda. Ketika sampai gilirannya, ketika saya menengadahkan kepala, saya tertegun. Anak muda ini, tidak lain adalah anak berbakti di dalam mimpi tersebut.
Saya sengaja berkata begini : “Anda mencuri kue beras orang?”
Saya sengaja berkata begini : “Anda mencuri kue beras orang?”
Putra berbakti menundukkan kepala, tak berani bersuara.
“Ada atau tidak?”
“Ada.” Keluar suara lirih.
“Bagaimana boleh mencuri barang di kuil dewa?”
Putra berbakti menjawab : “Saya setiap kali lapor kepada dewa terlebih dulu, lalu saya mengambil zhan-bei (Red: 2 belah kayu kecil berbentuk sabit), hasilnya selalu sheng-bei (Red: satu kayu posisi tengadah, satu kayu telungkup bersisian) Para dewa semuanya memberi saya ijin.”
Saya tertawa. Putra berbakti pun tertawa.
Saya bertanya langsung : “Kue beras bukanlah anda yang makan?”
“Iya. Kok anda tahu?” Putra berbakti terperangah.
“Siapakah yang makan?”
“Ibu saya”
“Ibu saya”
“Tak heran para dewa sangat menyayangi anda, ternyata anda adalah anak berbakti, dewata memberi ijin anda mencuri kemudian melindungi anda, di masa mendatang anda pasti menjadi orang besar.”
“Tak ada pencuri yang jadi orang besar.” Kata si anak berbakti.
“Bukankah anda berkata akan membayarnya di kemudian hari?”
“Iya.”
“Maka itu artinya meminjam, bukan mencuri.” Saya bersimpati kepada si anak berbakti.
“Bagaimana anda membayarnya kelak?”
“Saya melihat kuil itu sudah kumuh dan reot, dan sangat kecil sekali, saya akan punya cara di masa depan, untuk merenovasi ulang kuil dan memperbaharui pratima.”
“Anda sungguh memiliki tekad, apakah kuil ini?”
“Kuil Dewa Wen Chang.”
“Kuil Dewa Zi Dong Di Jun?” saya menanyainya.
“Tepat sekali.”
Pada kesempatan konsultasi tersebut, saya memberi petunjuk kepada si anak berbakti, semasa usia muda, sepanjang masih bisa menuntut ilmu, maka hendaklah tekun menimba ilmu. Anak berbakti menganggukkan kepala mengiyakan, dia berniat bekerja sambil bersekolah, dia berkeinginan menghidupi keluarga sembari menuntut ilmu. Anak berbakti mendapatkan sedikit uang dari memiara babi. Di saat saya memberikan petunjuk pada sesi konsultasi tersebut, sang Dewa Wen Chang tampak berdiri di belakang anak berbakti ini, Ia mengedipkan mata ke arah saya. Dewa Wen Chang terlihat sangat bersenang hati. Oleh karena anak berbakti ini awalnya sudah tak berniat bersekolah, dia hanya berniat menanam sayuran dan memiara babi saja. Akan tetapi predikat kelulusan anak berbakti ini adalah yang tertinggi semasa bersekolah, andaikata tidak dilanjutkan sungguh sangat disayangkan, guru pihak sekolah dan tetangga semuanya berharap anak berbakti ini dapat melanjutkan sekolahnya, supaya mengharumkan daerah tempat tinggalnya ini. Untuk itulah, anak berbakti merasa bimbang tidak bisa mengambil keputusan.
Oleh sebab demikian anak berbakti datang berkonsultasi, saya mau dia meneruskan sekolah, akhirnya barulah dia memantapkan keputusan untuk melanjutkan sekolah. Saya melihat Dewa Zi Dong Di Jun di belakangnya, memberikan sebuah plakat amanat, tak lain adalah “Plakat Amanat Zi Dong”.
Seseorang yang memiliki Plakat Amanat Zi Dong, tidak hanya lulus dalam ujian, namun juga akan mendapatkan peringkat juara. Ketika anak berbakti mengikuti ujian, ternyata sungguh benar terjadi mendapatkan peringkat juara. Alkisah ada sebuah soal yang sememangnya tidak dia kuasai. Ia memeras otak mencari jawaban. Tepat disaat batinnya merasa gundah, berada dalam kebimbangan. Tiba-tiba terdengar suara di telinga memberitahunya dua kata kunci, kemudian anak berbakti ini pun menyusun dua kata kunci tersebut menjadi satu tulisan yang apik, dia mengulang membacanya sekali lagi, bahkan dirinya sendiri pun merasa sungguh pas sekali. Dia melihat-lihat di sekeliling, sama sekali tidak ada satu orang pun. Inilah kehebatan Plakat Amanat Zi Dong, kemudian dari 7 buah soal tiada satu pun yang tersisa, bahkan memperoleh nilai sempurna. Anak berbakti kemudian mengikuti ujian instansi peradilan, mengemban tugas pelayanan di dunia peradilan. Jabatannya naik hingga menjadi hakim ketua. Dia membuat Kuil Dewa Zi Dong Di Jun yang semulanya adalah kuil kecil, berkat himbauan merenovasi, akhirnya sungguh berubah menjadi kuil besar yang megah bak emas berkilauan. yang dirancang dengn ruangan teras di depan serta ruangan halaman belakang. Tidak hanya merenovasi kuil saja, dia mengubah pula halaman belakang menjadi tempat perpustakaan, mengumpulkan semua koleksi buku-buku terkenal dan ternama, memberi kesempatan kepada orang yang gemar membaca buku, untuk mendapatkan sebuah tempat layak membaca buku, dan yang disertai juga adalah halaman belakang kuil dijadikan tempat untuk orang lanjut usia, dia berpikir dengan berbuat seperti ini, akan lebih bermakna. Pada hari peresmian Kuil Dewa Zi Dong Di Jun, dia menceritakan kembali seluruh kisah di masa dahulu mencuri kue beras dari altar Kuil. Para hadirin pendengar merasa tersentuh bertepuk tangan riuh memujinya.
Pada suatu hari hakim ketua ini datang menemui saya meminta petunjuk perihal “Delapan Jalan Mulia” :
Saya memberitahunya, Delapan Jalan Mulia dalam ajaran agama Buddha adalah “Pengertian Benar”, pengertian benar adalah dengan memahami konsep Empat Kesunyataan Mulia : Dukkha, sumber Dukkha, berakhirnya Dukkha, dan jalan menuju berakhirnya Dukkha.
“Pemikiran Benar”, merupakan pemikiran benar berdasarkan Empat Kesunyataan Mulia sebagai fondasi dasar.
“Ucapan Benar”, menjauhi ucapan dusta, ucapan jahat, ucapan mengadu domba, ucapan asusila.
“Pencaharian Benar”, berpekerjaan benar, tidak disertai pembunuhan makhluk hidup, mencuri, tindakan asusila sebagai sumber pencaharian.
“Perbuatan Benar”, berpenghidupan benar, hidup bersesuaikan nilai kebenaran. Menjauhi kehidupan yang tidak bermoral.
“Daya Upaya Benar”, semangat daya upaya yang benar, melalui kebijaksanaan sejati untuk mendalami kebenaran agung menuju pencerahan diri.
“Perenungan Benar”, konsep perenungan yang benar, ini merupakan melalui kebijaksanaan sejati merenungkan Jalan Mulia, tanpa akar niat yang menyimpang.
“Konsentrasi Benar”, kekuatan konsentrasi Samadhi yang sebenarnya, melalui kebijaksanaan sejati, melatih kekuatan keheningan meditasi yang suci.
Di atas ini adalah Delapan Jalan Mulia.
Saya melanjutkan, Ucapan Benar, Pencaharian Benar, Perbuatan Benar adalah “Kelompok Sila.” Perenungan Benar, Konsentrasi Benar adalah “Kelompok Samadhi”.
Pengertian Benar, Pemikiran Benar, Daya Upaya Benar adalah “Kelompok Kebijaksanaan.”
Hakim Ketua si anak berbakti memberitahu saya : “Dunia peradilan hitam kelam, membuat tidak nyaman dan tidak bahagia, sekali membaca satu perkara, baju basah kuyup dan terasa berat.”
Lalu berkata lagi : “Puluhan tahun di dunia peradilan, bagaikan sebuah mimpi saja, kini saya ketahui tempat berada kaya dan terpandang, adalah manifestasi alam neraka, sekarang saya takut mengadili satu perkara, untuk menciptakan satu buah karma lagi!” Saya terdiam.
Hakim ketua bertanya kepada saya : “Bagaimana baiknya sekarang?”
Saya menjawab : “Anda memiliki tulang Buddha!”
“Tekad saya kini sudah bulat!”
Hakim ketua lantas memutuskan mengundurkan diri, tak lama kemudian, lalu meninggalkan keduniawan pergi menekuni bhavana mempelajari Buddha Dharma.
(Diterjemahkan dari buku karya tulis Dharmaraja Lian Sheng ke-140【神秘的幻象】 : “Shen Mi de Huan Xiang”)
※Sumber artikel : http://www.tbnsky.info/index.php?option=com_content&task=view&id=412&Itemid=1
※Untuk membaca lebih banyak berita marilah bergabung di TBSky
Versi Mandarin : 【真佛天空新聞台】 http://www.tbnsky.info/
Versi bahasa Inggris : http://blog.udn.com/TBSkyNews
Versi bahasa Indonesia : http://tbskyindonesia.blogspot.com/
※Facebook Fanspage :
TBSky Chinese : https://www.facebook.com/nkingsky
TBSky English : https://www.facebook.com/TBSkyNews
TBSky Bahasa Indonesia : https://www.facebook.com/TBSkyBahasaIndonesia
No comments:
Post a Comment