Thursday, October 17, 2013

【Warta Dharmadesana Arya Sheng-yen Lu 12 Oktober】Arya Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada hari Sabtu 12 Oktober 2013 bertempat di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple memimpin “Sadhana Adinata Buddha Amitabha”, dan mengajarkan “Sadhana 9 Tingkat Dzogchen”.


【盧勝彥尊者10月12日開示新聞】2013年10月12日(星期六)聖尊蓮生活佛 盧勝彥法王於〈西雅圖雷藏寺〉主持「阿彌陀佛本尊法」,講授「大圓滿九次第法」。
【Warta Dharmadesana Arya Sheng-yen Lu 12 Oktober】Arya Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada hari Sabtu 12 Oktober 2013 bertempat di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple memimpin “Sadhana Adinata Buddha Amitabha”, dan mengajarkan “Sadhana 9 Tingkat Dzogchen”.

Usai sadhana bersama, Arya Dharmaraja Lian Sheng terlebih dahulu memberikan sembah hormat kepada para Guru Silsilah, kemudian menyapa seluruh jajaran Dharmaduta, tamu-tamu terhormat beserta seluruh umat dan simpatisan di internet kemudian memberikan babaran Dharma : Makna Rahasia dari Buddha Amitabha ialah “Cahaya Tak Terhingga”, “Usia Tak Terhingga”, dan Buddha Amitabha adalah sesosok Adinata yang paling ternama, diketahui oleh setiap orang; Anggota Sangha apabila saling bersua memakai lafalan “Amituofo” sebagai salam saling menyapa; demikian pula Tanah Suci Hyang Buddha Amitabha pun ialah yang paling indah, dan Tanah Suci yang paling ternama.

Semasa melafalkan nama Buddha, hendaklah melafalkan Amituofo, dan hendaklah juga melafalkan nama dua penyerta suci “Avalokitesvara Bodhisattva” dan “Mahasthamaprapta Bodhisattva”, inilah Tiga Suciwan dari Alam Barat.

Pintu penekunan penjapaan nama Buddha milik “Aliran Tanah Suci”, memprioritaskan kepada Maha Sadhana Amitabha, yakni pendarasan nama Budha, yang dikenal juga sebagai Jalan Penekunan termudah. Salah satu cara mudah mendaraskan nama Buddha - - menarik napas kemudian mendaraskan nama Buddha sampai napas dihembuskan, dilakukan hingga total sebanyak 10 kali, inilah yang disebut sebagai “Sadhana Sepuluh Penjapaan”.

Adapun pada pelafalan nama Buddha ada yang berupa pelafalan empat aksara, dan ada pula pelafalan enam aksara, Arya Dharmaraja Lian Sheng memperagakan beberapa jenis pelantunan japa nama Buddha, kemudian menjelaskan kepada semua umat, bahwa jenis pelantunan seperti apa yang paling anda sukai, maka bisa menggunakan jenis pelantunan tersebut.

Arya Dharmaraja Lian Sheng mengajarkan umat cara menjapa nama Buddha, jika penjapaan di alam terbuka, boleh bervisualisasi Buddha Amitabha menjulang bagaikan pohon pinus, bahkan tingginya hingga mencapai langit, sembari menjapa nama Buddha, sembari memvisualisasikan wujud agung Buddha Amitabha ;


Jika penjapaan nama Buddha dilakukan di dalam Vihara ataupun rumah, boleh bervisualisasi Buddha Amitabha setinggi ibu jari, seluruh badan berwarna keemasan, bersemayam di kening antara alis mata, bahkan diri sendiri bertransformasi menjadi Buddha Amitabha, setelah visualisasi dengan sejelas-jelasnya, pasti akan memperoleh sensasi spiritual, dan diri sendiri akan mengetahui apakah Buddha Amitabha hadir apa tidak.

Sewaktu Arya Dharmaraja Lian Sheng memandu umat melaksanakan pradaksina mengitari Buddha di Vihara di setiap harinya, setiap kali Buddha Amitabha pasti hadir pula, dan inilah kondisi samprayukta (Red: xiangying).

Adanya perolehan samprayukta, maka sewaktu diri menjelang ajal, selama sepenuh hati menjapa nama Buddha, maka Buddha Amitabha pada waktu yang krusial ini, akan menjemput anda terseberangkan ke Tanah Suci!

Jadi sekali memperoleh kontak samprayukta, maka selamanya tiada akan terpisahkan!

Selanjutnya, Arya Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu meneruskan babaran kepada umat mengenai Abhiseka dan Fenomena Refleksi Abhiseka daripada “Sadhana Dzogchen”.

Abhiseka di aliran Tantrayana terdapat 4 tingkatan : Abhiseka Pot, Abhiseka Sadhana Internal, Abhiseka Anuttara Tantra, Abhiseka Dzogchen. Sedangkan pada Sadhana Dzogchen sendiri terkandung dua abhiseka yang sangat penting :

1. Abhiseka Panca Buddha (五佛巖頂灌頂) : Abhiseka sentuhan Panca Cakra. (Karmapa ke-16 pernah mengabhiseka Arya Dharmaraja Lian Sheng abhiseka jenis ini, luar biasa sekali.)
Di ‘cakra ubun-ubun’ berada Vairocana Buddha dan Buddhamatri, di ‘cakra tenggorokan’ berada Buddha Amitabha dan Buddhamatri, di ‘cakra hati’ berada Buddha Aksobhya dan Buddhamatri, di ‘cakra pusar’ terdapat Buddha Ratnasambhava dan Buddhamatri, di ‘cakra reproduksi’ (mencakup 4 anggota badan) berada Buddha Amoghasiddhi dan Buddhamatri.

Ketika menerima abhiseka, memvisualisasikan Buddhapitri (Red: Fo-fu/The Father of all Buddhas) dan Buddhamatri (Red: Fo-mu/The Mother of all Buddhas) dari Panca Cakra mengalirkan air amerta, mengabhisekakan seluruh badan, membuat kekotoran pikiran-perkataan-perbuatan sadhaka, beserta prana-nadi-bindu seluruh-luruhnya memperoleh penyucian, ini adalah abhiseka sadhana dzogchen yang sangat penting.

Panca Buddha adalah Guru Sesepuh generasi kedua dari Sadhana Dzogchen, menekuni sadhana dzogchen hendaklah sangat intim berhubungan erat dengan Panca Buddha, di setiap waktu tak pernah terpisahkan.

2. Abhiseka Adharma Buddha (阿達爾瑪佛灌頂) : Adharma Buddha (阿達爾瑪佛/Ah-da-er-ma-Fo) adalah Adi-Buddha (Red: Buddha Awal); sekali Buddha Adharma muncul, maka adalah mewakili kemunculan seluruh Buddha.
Panca Buddha mewakili 5 jenis Kebijaksanaan, penggabungannya tiada lain adalah Buddha Adharma, tangan membentuk Panca Bodhyagri mudra (五智拳印), Buddhapitri berwarna biru, Buddhamatri berwarna putih, bunyi mantra adalah : Om. Pie Ca. Ah Da Er Ma. Soha.”

Abhiseka ini adalah Abhiseka berwujud yang tertinggi didalam sadhana dzogchen.

Arya Dharmaraja Lian Sheng berkata sekarang ini banyak orang sembarangan memohon abhiseka, sebagai kemudahan untuk insan, namun ada juga sebagian insan memperlakukan ritual ini secara sembarangan; sebenarnya apakah yang dimaksud “Abhiseka” - -

Ritual abhiseka pada Tantrayana Tibet, seperti misalnya abhiseka Buddha Amitabha : pertama-tama Acarya haruslah menekuni sadhana Buddha Amitabha, mesti melihat Buddha Amitabha ataupun cahaya spiritual masuk ke dalam pot abhiseka; kemudian melanjutkan penekunan sadhana Buddha Amitabha, mendaraskan mantra hati Buddha Amitabha, merenungi Buddha Amitabha, dengan tatacara tersebut barulah boleh memberikan abhiseka kepada khalayak insan, jika tidak seperti demikian maka hanya abhiseka air putih saja, tiada akan berkhasiat.

Di Tibet paling sedikit 7 hari 7 malam harus membaca Sutra Amitabha, pengundangan Adinata sesuai tatacara, menekuni sadhana, dengan peraturan yang demikian ketat.

Sedangkan penerima abhiseka harus membentuk mudra, harus membaca mantra hati Adinata, didalam hati harus merenungkan rupa Adinata, seluruh pikiran-perkataan-perbuatan harus berada pada diri sosok Adinata, baru akan memperoleh berkat adisthana Adinata.

Makna “Abhiseka”, yaitu mengesahkan anda untuk menekuni sadhana tersebut. “Abhiseka” seharusnya dalam suasana khidmat, hendaklah mengeluarkan hati penuh hormat. Bagaimana memberikan pujana? Memohon sadhana Dewa Vajra, harus menggunakan arak dan daging sapi mentah; memohon sadhana Bodhisattva maka menggunakan bunga-bungaan segar, makanan sayuranis dan buah-buahan, pilih yang paling digemari sadhaka; jika adalah Dewata langit, sebaiknya menggunakan bahan persembahan yang paling digemari Dewata langit.

Refleksi abhiseka (灌相) yang diperoleh pada penekunan Sadhana Dzogchen, seperti berikut :

1. Cahaya Sunyata Bindu : ialah Cahaya Prajna (kebijaksanaan), yang juga merupakan altar mandala Adinata; sebuah lingkaran bundar, titik tengah-tengah terdapat sesosok Adinata, sinar cahaya berbentuk bundar berwarna putih terang.
2 . Cahaya Pelangi : bagaikan cahaya terang pelangi.
3 . Cahaya Surya : bagaikan cahaya terang mentari.
4 . Cahaya Candra : bagaikan cahaya terang rembulan.
5 . Cahaya Pancawarna : cahaya terang unsur tanah (kuning), unsur air (hijau), unsur api (merah), unsur angin (biru).

Dengan adanya “Refleksi Abhiseka” menyiratkan menekuni sadhana ini pasti peroleh keberhasilan! Jika tidak mempunyai fenomena abhiseka seperti ini juga tidak bermasalah, maka hendaklah kembali tekun melatihnya, di masa mendatang pasti akan muncul juga.

Silsilah Maha Mudra dan Dzogchen seluruhnya berasal dari “Buddha Adharma”. Terdapat empat tingkatan Abhiseka pada Maha Mudra : ‘Ekagra-Yoga’ (專一瑜伽), ‘Nisprapanca-Yoga’ (離戲瑜伽), ‘Samarasa-Yoga’ (一味瑜伽), ‘Abhavana-Yoga (無修瑜伽).

Proses penekunan bhavana hendaklah menyerupai empat jenis Yoga sadhana Maha Mudra diatas, menekuni bhavana hendaknya fokus pada satu titik (Ekagra), hendaknya meninggalkan objek kesenangan duniawi (Nisprapanca), tatkala mencapai satu citarasa (Samarasa) maka boleh turun gunung menyelamatkan insan, ketika mencapai realisasi tanpa penekunan (Abhavana) maka sudah mendekati Kesempurnaan Agung (Dzogchen).

Titik fokus pada pembelajaran akan keBuddhaan, yakni terletak pada diri sosok Adinata yang anda tekuni, sadhaka merenungi Yidam, Yidam pun akan memerhatikan anda, melafalkan mantra hati Yidam, membentuk mudra Yidam, merenungi Yidam, maka Yidam pasti akan hadir di hadapan anda.

Babaran Dharma nan berharga oleh Arya Dharmaraja Liansheng memperoleh tepuk tangan penuh antusias oleh seluruh umat yang hadir. Usai pesamuan, Dharmaraja Sheng-yen Lu beserta seluruh umat melantunkan nyanyian nama Buddha, dan kemudian Maha Guru berwelas asih memberikan abhiseka Sarana, mengadisthana air Maha Karuna Dharani serta menginisiasi aksesoris dan pratima Buddha, penyelenggaraan kegiatan Sadhana Bersama pun diakhiri dengan sempurna dan sejahtera.

Ringkasan dan foto dari situs berita True Buddha Foundation : www.tbsn.org
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

【TBSky Bahasa Indonesia】Setiap hari menyediakan warta berita terbaru, artikel pelimpahan jasa untuk kepedulian terhadap sesama insan, perenungan Silsilah melalui Petuah Emas dan Dharmadesana Yang Mulia Mulacarya Lian Sheng, serta berbagi foto agung para Buddha Bodhisattva!

Silahkan menekan tombol ‘LIKE’ di halaman utama Facebook Fanspage “TBSkyBahasaIndonesia”, untuk memudahkan notifikasi setiap kali adanya berita terbaru ke hadapan Anda!

※Facebook Fanspage :
TBSky Chinese : https://www.facebook.com/nkingsky
TBSky English : https://www.facebook.com/TBSkyNews
TBSky Bahasa Indonesia : https://www.facebook.com/TBSkyBahasaIndonesia    

No comments:

Post a Comment