Thursday, October 31, 2013

Penyingkapan Rahasia Agung makna penglihatan Buddha Sakyamuni terhadap Bintang Timur Cemerlang!



《盧勝彥尊者 10月26日開示新聞 》釋迦牟尼佛見東方明星大揭秘!
大圓滿法中《觀星》證通身是眼!
  【Warta Dharmadesana Arya Sheng-yen Lu 26 Okt 2013】Penyingkapan Rahasia Agung makna penglihatan Buddha Sakyamuni terhadap Bintang Timur Cemerlang!

“Visualisasi Bintang” pada sadhana Dzogchen memperoleh Siddhi Mata di segenap tubuh!

(Warta TBSky/Laporan oleh V.A Huijun) Tanggal 26 Oktober 2013, Yang Mulia Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu memimpin sadhana bersama Ksitigarbha Bodhisattva di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple.

Maha Guru Dharmaraja Lian Sheng mendedikasikan pelimpahan jasa pahala khusus untuk seluruh umat hadirin : “Menghaturkan penghormatan Namaskara kepada Maha Pranidhana Ksitigarbha Bodhisattva, memohon Bodhisattva mengadisthana pengikisan seluruh karma buruk segenap insan, meningkatkan perbuatan kebajikan, untuk memperagung Negeri Buddha, menyirnakan segala malapetaka, meningkatkan buah berkah, membuyarkan segala derita penyakit, Ikrar Agung dapat dituntaskan, Neraka selekasnya menjadi kosong.”

Ksitigarbha Bodhisattva adalah salah satu Yidam Maha Guru Lian Sheng, pengucapan parinamana khusus oleh Yang Arya Dharmaraja Lian Sheng supaya Neraka selekasnya kosong diatas, sejatinya mengandung makna rahasia yang gemilang!

Hari ini bertepatan dengan upacara kelulusan seminar pendidikan Bhiksu Lama periode ke-29 yang diselenggarakan oleh Seattle Ling Sheng Ching Tze Temple, para Bhiksu Lama peserta seminar menghaturkan sembah sujud penghormatan kepada Maha Guru dan kemudian membagikan pengalaman selama mengikuti seminar pendidikan tersebut. Terimakasih tak terhingga kepada Maha Guru Lian Sheng yang telah mengadisthana para bhiksu lama sehingga para peserta dapat menyelesaikan materi pendidikan dalam tempo yang singkat selama 2 bulan, serta terimakasih kepada panitia dari Vihara Seattle yang telah mengorganisir kegiatan ini dengan seksama. Pada hari bersamaan, Maha Guru secara khusus memberikan sertifikat kelulusan kepada Bhiksu Lama sejumlah 4 orang.

Maha Guru Lian Sheng membabarkan : “Ksitigarbha Bodhisattva memiliki sebuah Ikrar : Jika Neraka tidak kosong, sebenarnya Ia tidak hanya berada di Neraka saja, sesungguhnya di segenap Alam (Dharmadatu) ada kehadiran Sang Bodhisattva, dan Ksitigarbha Bodhisattva memiliki sebuah Alam Suci di Neraka yang bernama Cuiwei-Jingtu (Red: Tanah Suci Zamrud nan Elok/翠微淨土), oleh karena Maha Pranidhana (Red: Ikrar Agung) Bodhisattva : ‘Neraka belum kosong berikrar tidak mencapai keBuddhaan, Segenap Insan terselamatkan barulah mencapai Realisasi Bodhi’, maka Ia telah mengucapkan Ikrar sebagai Yang Terakhir untuk mencapai keBuddhaan.”

Arya Dharmaraja Lian Sheng selanjutnya menerangkan ada 3 jenis corak pencapaian keBuddhaan :

1. Corak Raja : Ia terlebih dahulu mencapai keBuddhaan dan dikemudian harinya menyelamatkan insan, seperti Buddha Sakyamuni.

2. Corak Bahtera : Ia mencapai keBuddhaan dan insan juga mencapai keBuddhaan, ibarat berada di atas Bahtera Dharma bersama-sama.

3. Corak Penggembala : Seperti Ksitigarbha Bodhisattva, insan mencapai keBuddhaan terlebih dahulu barulah Ia mencapai keBuddhaan.

Arya Dharmaraja menerangkan lebih lanjut : Seorang yang Tercerahkan akan lebih memahami realisasi Sang Ksitigarbha Bodhisattva. Ini merupakan cara penuturan dengan metode upaya-kausalya.

Ksitigarbha Bodhisattva adalah manifestasi Padmakumara Emas, Ia ada hadir ketika kegiatan sadhana sedang berlangsung tadi. (Umat yang mendengarkan, bertepuk tangan meriah.)

Pada setiap kali kegiatan sadhana bersama, Maha Guru merasakan kontak spiritual daya rohani, bagaikan energi listrik yang saling berinteraksi, sekarang di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple pada setiap hari Senin hingga hari Jumat membacakan Sutra dan melafalkan nama Buddha, selama bervisualisasi Buddha Amitabha menetap di ubun-ubun kepala ataupun sewaktu bervisualisasi keagungan tubuh menjulang Sambhogakaya Buddha, dengan sepenuh hati memvisualisasikan maka untuk kondisi seperti ini Buddha Amitabha pasti akan turun dari langit.

Hari ini dengan hadirnya Ksitigarbha Bodhisattva, saya memohon supaya Neraka selekasnya menjadi kosong, maka Ia segera akan mencapai keBuddhaaan. Di masa kini jika menyalakan siaran televisi, tak habis pikir ternyata ada orang dengan tanpa berpikir panjang mencelakai orang, terhadap sesamanya yang tiada ikatan dendam apapun juga dicelakai. Ada orang yang belum tentu mencelakai orang dengan menggunakan pisau dan senapan, akan tetapi dengan memakai mulut pun juga bisa mencelakai orang.

Untuk itu, siswa Buddha tidak boleh mencelakai sesamanya, seharusnya memiliki hati yang lemah lembut, Buddha Sakyamuni mengajarkan insan untuk memiliki hati yang lemah lembut, belajar merendahkan diri, di ajaran agama lain pun ada juga pengajaran demikian. Banyak sekali hal yang belum tentu seperti apa yang kita pikirkan, ada kalanya jika dipikirkan dari sudut pandang lain, belum tentu kondisinya seburuk demikian, hendaknya menerapkan disiplin yang ketat terhadap diri sendiri akan tetapi sebaliknya bersikap toleran terhadap orang lain, jangan pernah mencelakai orang lain. Tingkat pertama dari “Tingkatan sadhana Dzogchen” adalah ‘Sravayakana’, yang meskipun melatih bhavana secara individual, namun tidak akan melakukan perbuatan melukai orang lain. Kemudian ketika meneruskan pendalaman ke tingkat pelatihan selanjutnya yakni tingkatan Bodhisattva, bukan hanya saja tidak akan melukai orang akan tetapi turut disertai juga dengan pertolongan kepada orang lain.

Arya Dharmaraja Lian Sheng menyertakan sebuah contoh : ada seorang wanita menulis surat memohon kepada Maha Guru untuk menuliskan selembar Hu, supaya suaminya sendiri tidak akan berpaling kepada wanita lain.

Terhadap permohonan seperti ini, Maha Guru mengutarakan sebuah kesan : Insan pada umumnya hanya memikirkan diri sendiri, ada kalanya semestinya memikirkan orang lain juga. Pada kenyataannya ‘Hu’ semacam ini tidak ada, seyogyanya batin sendiri diluruskan, janganlah memiliki hati yang dicemari niat jahat.

Selanjutnya, Arya Dharmaraja menjelaskan “Visualisasi Bintang” pada Sadhana Dzogchen yang luar biasa :

Ketika Buddha Sakyamuni memperoleh Penerangan Agung, menjelang fajar mulai menyingsing, Ia menyaksikan Bintang Timur bersinar cemerlang di ufuk langit, kemudian ia pun memperoleh Pencerahan Sempurna. Sebenarnya adalah Buddha Sakyamuni pada pemandangan langit malam tersebut telah menyaksikan bintang-bintang internal di dalam tubuhNya sendiri, bahwasanya Ia telah melihat Buddhata-Nya, yakni fenomena Pencapaian keBuddhaan.

Bintang adalah letak Alam Suci Akasagarbha Bodhisattva. Master Kukai (空海大師) menekuni metode bhavana : Kokūzō-gumonjihō (虚空蔵求聞持法) , dari angkasa ada sebuah bintang masuk ke dalam mulutnya sehingga terjadi pembangkitan Kebijaksanaan Agung, terlebih terhadap segenap isi Kitab Sutra dalam sekali baca tidak akan terlupakan.

Mengapakah Maha Guru mengajarkan para siswa untuk memandangi langit? Karena harus membuka hati, hendaknya bisa menampung segalanya, peribahasa klasik mengatakan perumpamaan seperti perut seorang perdana menteri yang bisa menampung sebuah kapal (Red : berjiwa besar), sebaliknya bagi individu yang berjiwa kerdil akan menyimpan hal remeh-temeh di dalam hatinya sehingga menjadi berpandangan picik.

Sadhaka setiap malam sebelum tidur memvisualisasikan cahaya bintang dari atas langit menyinari diri sendiri. Pada sadhana Dzogchen, memvisualisasikan bintang terpancarkan dari ubun-ubun, boleh menelusuri hingga ke cakra hati, cakra pusar, cakra ubun-ubun, pergunakan metode visualisasi Savasana (大攤屍法 - the corpse pose) .

Sadhaka hendaklah banyak memandangi bintang, selesai bervisualisasi bintang pertama kemudian kembali memvisualisasikan bintang kedua, makna bintang adalah menyimbolkan sosok Adinata, sadhaka hendaklah mengetahui bijasara Adinata tersebut, beredar menelusuri di seluruh cakra tubuh, yang sama bearti bahwa di setiap cakra sadhaka bersemayam sosok Adinata!

Kita setiap hari disiplin melatih sadhana esoteris Tantrayana, kemudian bervisualisasi himpunan bintang merekat di tubuh kita saling berpautan erat satu sama lain, bintang memasuki ubun-ubun sadhaka, cakra hati, cakra pusar… di seluruh cakra tumbuhlah mata, ketika seluruh bintang telah memasuki badan, maka segenap tubuh adalah mata.

Di halaman ke - 63 pada buku “Mijiao-Da-Yuanman” karya tulis Maha Guru Lian Sheng ada menerangkan : Visualisasi Bintang Sadhana Dzogchen.

Artikel tersebut menerangkan mengenai : tatkala wujud insan secara kolektif telah sirna, maka akan mencapai Penerangan Bodhi, yakni telah memahami segenap Kebijaksanaan Agung, kalimat ini merupakan kalimat Pencerahan. Jadi, bintang timur cemerlang yang disaksikan oleh Sang Buddha, merupakan Bintang Langit, Bintang Pencerahan yang berada di dalam tubuh diri sendiri.

Sedangkan untuk sadhaka yang melatih Visualisasi Bintang, syaratnya harus memiliki penguasaan akan :

1. Batin harus berlatih kondisi Dhyana dan Samadhi, seperti Maha Guru pernah mentransmisikan Sadhana 9 tingkat Samadhi pada Upacara Agung Kalachakra, seorang sadhaka mesti dengan penuh ketekunan menguasai Siddhi pelatihan tersebut.

2. Kemurnian hati, hati yang tak bercela, hati yang tak tercemarkan.

Setiap dari diri kita apabila timbul rasa amarah maka kemurnian hati telah tiada berada, apabila bertikai maka tercemarlah sudah, hendaklah membuang rasa kebencian tersebut maka kemurnian hati akan kembali didapatkan. Mesti mencari akar amarah tersebut kemudian dicampakkan sehingga hati menjadi tak bercela.

Ada orang yang menyimpan rasa amarah seumur hidup, keadaan demikian, tentu bukanlah bentuk daripada kemurnian hati.

Hati masa lampau, serta hati masa akan datang hendaklah disapu bersih, tatkala hati masih terisi materi akan segala sesuatu, maka cahaya bintang tidak akan berhasil dilatih. Jika tidak diupayakan demikian maka selamanya akan senantiasa menaruh kerisauan batin dan rasa kebencian di dalam hati, hendaklah mengosongkan pikiran kebencian beserta kerisauan batin , dikeruk habis seluruhnya, barulah dapat melatih kesucian dan kemurnian hati. Makna mempelajari ajaran Buddha adalah untuk melenyapkan kerisauan batin. Maha Guru bukannya tiada risau, namun kebahagiaan batin Maha Guru melampaui kerisauan tersebut. Ketika seluruh tubuh anda diliputi cahaya bintang, maka tiada lagi kerisauan batin. Maha Guru tidak care apapun, tiada hasrat akan kemasyuran nama, tidak menaruh kerisauan batin di dalam hati….

Tatkala Sang Buddha belum mencapai Penerangan Sempurna dan berlatih di Pegunungan Himalaya, Ia sedari awal telah mencapai penembusan alam surga Naivasamjnanasamjnayatana (非想非非想處天), meskipun masih ada sedikit pikiran, tetapi Ia mengosongkan batinNya untuk melatih cahaya bintang. Dengan bertambahnya sebuah cahaya bintang maka turut berkurang pula sebuah kekotoran batin, hingga pada saat Avidya telah sirna, maka terbitlah Bintang Langit.

Jika sadhaka telah memperoleh Siddhi penekunan, maka kelak itulah Tubuh Cahaya Bintang anda, sebelum berakhirnya hayat kembali ke kondisi Sunya, maka setiap kepingan hati yang terbang keluar akan bermanifestasi menjadi tubuh Nirmanakaya anda.

Kemudian, jika memindahkan cahaya bintang hingga ke letak ubun-ubun kepala, cakra hati, cakra pusar, ketiga mata saling memandang satu sama lain, maka terwujudkan menjadi nadi tengah, yang bermakna pelatihan mata ketiga, dengan semakin banyaknya cahaya bintang masuk ke dalam seluruh tubuh.

Jika sadhaka telah bervisualisasi memasuki ke dalam sebuah bintang, maka janganlah kembali lagi masuk ke dalam pikiran semu dan kerisauan batin yang lain.

Gambar Rupang Dewi Tara Putih memiliki 7 mata (kedua mata, ubun-ubun, kedua telapak tangan, kedua telapak kaki, seluruhnya memiliki mata), seluruh mata ini saling memandang antara satu sama lain.

Sadhaka terlebih dahulu bervisualisasi bintang langit memasuki ubun-ubun kepala, lambat-laun semakin banyak bintang langit memasuki cakra ubun-ubun, maka sadhaka akan mampu mencermati corak pikiran diri sendiri.

Arya Maha Guru Dharmaraja Lian Sheng yang telah mengungkapkan Maha Rahasia Tantrayana yang tak dibeberkan selama ribuan tahun ini, sontak saja para umat hadirin bertepuk tangan menggelegar dengan rasa syukur mendalam, tak henti-hentinya melantunkan pujian, kemudian terakhir Arya Dharmaraja berfoto bersama dengan 4 orang bhiksu lama yang telah menyelesaikan pendidikan, sesi kegiatan sadhana bersama pada kesempatan kali ini pun mendekati penghujung acara, segalanya mujur nan sempurna!

Sumber Terjemahan

~~~~~~~~~~~~~~~~

【TBSky Bahasa Indonesia】Setiap hari menyediakan warta berita terbaru, artikel pelimpahan jasa untuk kepedulian terhadap sesama insan, perenungan Silsilah melalui Petuah Emas dan Dharmadesana Yang Mulia Mulacarya Lian Sheng, serta berbagi foto agung para Buddha Bodhisattva!

Silahkan menekan tombol ‘LIKE’ di halaman utama Facebook Fanspage “TBSkyBahasaIndonesia”, untuk memudahkan notifikasi setiap kali adanya berita terbaru ke hadapan Anda!

※Facebook Fanspage :
TBSky Chinese : https://www.facebook.com/nkingsky
TBSky English : https://www.facebook.com/TBSkyNews
TBSky Bahasa Indonesia : https://www.facebook.com/TBSkyBahasaIndonesia
 

No comments:

Post a Comment