Friday, November 1, 2013

Pada sadhana Dzogchen hati tanpa ambisi adalah sebuah keutamaan dalam pelatihan Bhavana!

《盧勝彥尊者 10月27日開示新聞 》聖尊蓮生活佛闡釋《大圓滿<攝帶>》,無企圖心者修行是主要!
《Warta Dharmadesana Arya Sheng-yen Lu 27 Oktober 2013》Arya Dharmaraja Lian Sheng membabarkan metode Penyerap dan Penuntun pada sadhana Dzogchen, hati tanpa ambisi adalah sebuah keutamaan dalam pelatihan Bhavana!

(TBSky/Laporan oleh V.A Huijun) Maha Mayuri Vidyarajni mengenakan mahkota Vairocana Tathagata, empat lengan berwarna emas atau putih ataupun penggabungan warna emas dan putih, di atas kepala mengenakan mahkota Panca Buddha.

Lengan kanan pertama memegang Teratai Putih, lengan kanan kedua memegang buah Matulunga berwarna merah (Red : buah penjalin jodoh baik/俱緣果) ; lengan kiri pertama memegang buah Bilva berwarna kuning (Red : buah sejahtera/吉祥果), lengan kiri kedua memegang bulu merak.


Maha Mayuri Vidyarajni menyimbolkan Tiga Tathagata :

Maha Mayuri Vidyarajni adalah Wujud Penikmatan (Red: Sambhoga-kaya) Buddha Sakyamuni, karena pada kelahiran lampau Buddha Sakyamuni, ada sebuah kehidupan dimana Ia menjadi Raja Merak, jadi merupakan tubuh Sambhogakaya Buddha Sakyamuni.

Maha Mayuri Vidyarajni adalah Wujud Penjelmaan (Red: Nirmana-kaya) Buddha Amitabha, pada Sutra Amitabha tertera bahwa di alam suci Sukhavatiloka terdapat Jivamjivaka (Red: burung berjiwa kolektif/共命之鳥), terdapat burung merak, burung nuri, burung Kalavinka, salah satu daripadanya yaitu Merak merupakan wujud penjelmaan Buddha Amitabha.

Tathagata Vairocana sendiri mengenakan mahkota Panca Buddha, dengan paras nan agung, seluruh paras wajah Beliau merupakan paras wajah Maha Mayuri Vidyarajni. Maha Mayuri Vidyarajni adalah Wujud Emanasi (Red: Nisyanda-kaya) Vairocana Tathagata, wujud yang sama setara, jadi Ia merupakan wujud transformasi utama dari penggabungan Tiga sosok Buddha.

Pot Abhiseka pada aliran Tantrayana, pasti ditancapkan sebatang bulu merak, yang menandakan manifestasi Pot Abhiseka tersebut, sepenuhnya adalah wujud penjelmaan Maha Mayuri Vidyarajni, dengan kata lain Pot Abhiseka tidak lain adalah wujud penjelmaan daripada Maha Mayuri Vidyarajni.

Oleh karena terdapat daya kekuatan Dharmabala Tiga Buddha yang tergabung bersama-sama, maka Maha Mayuri Vidyarajni mampu mengalihkan karma tetap, suratan takdir yang sukar dihindarkan sekalipun bisa dialihkan.

Untuk itu Kekuatan Maha Mayuri Vidyarajni sungguh Agung nan Perkasa.

“Sutra Mahamayuri Vidyarajni” mencatat, semasa Buddha hidup di dunia, ada seorang bhiksu bernama Svati mendapat gigitan ular beracun, penderitaan sakit tak terkira, ketika Ananda melaporkan hal ini kepada Buddha, Sang Buddha kemudian mengajarkan sebuah metode pelatihan yang dapat melenyapkan gangguan makhluk setan dan hantu, dicelakai racun, dan penyakit berbahaya.


Dari segenap Vidyaraja, hanyalah Maha Mayuri Vidyarajni yang menampilkan wujud keelokan nan welas asih, tergolong sebagai Vidyaraja pada sisi maternal Tantrayana, Ia memiliki Empat lengan :

Lengan kanan pertama memegang teratai putih, menyimbolkan “Santika” (pelenyapan segala malapetaka);

Lengan kiri pertama memegang buah Bilva berwarna kuning, menyimbolkan “Paustika” (peningkatan segala berkah);

Lengan kanan kedua memegang buah Matulunga berwarna merah, menyimbolkan “Vasikarana” (penyempurnaan segala jalinan jodoh);

Lengan kiri kedua memegang bulu merak beraneka warna, memakan habis segala racun di tubuh, menetralisir racun, menyimbolkan “Abhicaruka” (menundukkan segala rintangan Mara), bisa mengadisthana sadhaka supaya panjang umur berbadan sehat.

Jadi, empat lengan Maha Mayuri Vidyarajni menyimbolkan tolak bala, peningkatan berkah, penundukan, dan cinta kasih. Segala harapan pada alam duniawi berada di genggaman tanganNya, untuk Adinata ini bisa dilaksanakan Sadhana Karman yang berupa : Santika, Paustika, Vasikarana dan Abhicaruka.

Bunyi pelafalan mantra Catur Sarana pada sadhana ini agak berbeda dengan mantra Catur Sarana kita.

“Nama Guruphe”, ini bermakna bersarana kepada Maha Mula Acarya;
“Namo-Da-Kong-Que-Ming-Wang-Fo”, ini bermakna bersarana kepada Buddha;

“Namo-Da-Kong-Que-Ming-Wang-Jing”, ini bermakna bersarana kepada Kitab Sutra “Mahamayuri Vidyarajni”, yang sama bermakna sebagai bersarana kepada Dharma;

“Namo-Kong-Que-Ming-Wang-Hai-Hui-Juan-Shu”, ‘Hai-Hui-Juan-Shu’ adalah bersarana kepada Sangha, kepada segenap makhluk suci yang banyaknya bagaikan samudera yang menghadiri Pesamuan Agung Mahamayuri. Makhluk suci yang berada pada Pesamuan Agung Mahamayuri diantaranya ada : 7 Buddha di masa lampau, di titik sentral terdapat Maitreya, di sisi kiri dan sisi kanan terdapat Pratyeka dan Sravaka, 8 Dewaraja Langit, 28 Yaksha (konstelasi bintang), Navagraha (Red: Rsi 9 Planet/九曜), 12 Rasi Bintang (十二宮), seluruhnya adalah makhluk suci penyerta Mahamayuri Vidyarajni.

Genap penjapaan 600.000 kali mantra hati Mahamayuri Vidyarajni, pasti terlahirkan ke alam suci Maha Padminiloka.

Aliran Tantrayana Tōmitsu (Tantra Timur/東密 ) di Jepang, sangat menjunjung tinggi Mahamayuri Vidyarajni, Ia bisa melindungi negara, seperti misalnya Upacara Dharma melindungi negara. Dalam skala besar bisa melindungi negara, pada skala kecil bisa menyembuhkan penyakit, dan bahkan dapat membangkitkan Buddhata anda.

Arya Dharmaraja Lian Sheng pernah berwelas asih mentransmisikan “Sadhana Avineka Mahamayuri Vidyarajni” yang mencakup : Sadhana Tubuh Cahaya Bintang, Sadhana Pemohon Hujan, Sadhana Penghenti Hujan, Sadhana Peredam Gempa, Sadhana Paustika, Sadhana Vasikarana, Sadhana Penyucian Jiwa Raga, Sadhana Pelenyapan Gangguan Setan dan Hantu, Sadhana Pelenyapan Penyakit.

Mantra hati Mahamayuri Vidyarajni :

1 . Om. Mó yùlì. Jí lā dì. Suōhā
2 . Om. Dì kǎ. Lā lā. Suōhā.

《Sumber : terjemahan dari situs berita True Buddha Foundation》

Tanggal 27 Oktober 2013, Arya Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu memimpin upacara Homa Mahamayuri Vidyarajni di Seattle Rainbow Temple.

Arya Dharmaraja Lian Sheng mendedikasikan pelimpahan jasa secara khusus kepada para umat hadirin : “Puja Namaskara kepada Namo Sakyamuni Buddha, Vairocana Tathagata, Amitabha Buddha, Mahamayuri Vidyarajni beserta seluruh pesamuan makhluk suci, mengamanatkan supaya segala derita penyakit segenap insan dilenyapkan, jiwa rohani berkilau gemilang, peningkatan berkah dan kebijaksanaan untuk seluruh hadirin, memperagung Buddhaloka, meningkatkan perbuatan kebajikan, menyirnakan perbuatan jahat, badan jasmani sehat, segalanya memperoleh kelancaran, memperoleh perlindungan menyertai badan, menghapus seteru beserta dendam kebencian.”

Mengenai adinata upacara Homa, Arya Dharmaraja Lian Sheng membabarkan : Upacara Homa hari ini adalah Mudra penyatuan antara Mahamayuri Vidyarajni dan Maha Guru sendiri, cahaya gemilang tak terhingga, bahkan sewaktu mengucapkan kalimat pelimpahan jasa pun adalah pengumandangan secara serempak oleh Maha Guru dan Mahamayuri Vidyarajni, Ia gemar membentangkan tanganNya untuk memperlihatkan bulu-bulu merakNya…. Seluruh jajaran makhluk suci yang membentuk Kanopi Konstelasi-Nya melambangkan 28 Yaksha (konstelasi bintang), segenap makhluk suci penyertaNya. Ketika ritual Homa sedang berjalan telah turun Tiga Tathagata (Buddha Sakyamuni, Buddha Amitabha, Tathagata Vairocana) , saya menyatu bersama para Adinata tersebut.

Genap 600.000 kali penjapaan mantra hati Mahamayuri Vidyarajni, pasti terlahirkan ke alam suci Maha Padminiloka. Sungguh enteng! Ini kata siapa?! Para hadirin mengatakan adalah Maha Guru yang berkata demikian. (Para umat hadirin bertepuk tangan meriah!)

Arya Dharmaraja Lian Sheng turut memperkenalkan Adinata upacara Homa minggu depan yakni Kurukulla Bhagawati : Ia memegang busur dan panah, merupakan Adinata yang khusus mengadisthana Cinta Kasih, seperti : mendoakan agar bos memperlakukan anda dengan baik, maka jabatan naik hidup pun sejahtera, selain daripada itu, Ia mengadisthana agar sadhaka memperoleh penolong budiman. Ia adalah Yidam daripada Kakek Guru Thubten Dhargye, meskipun Kakek Guru tidak mengambil jutaan insan sebagai muridNya, akan tetapi Ia telah mengambil Maha Guru sebagai muridNya (hadirin bertepuk tangan meriah), apapun yang diperlukan, maka semua murid pasti menghaturkan persembahan.

Mengenai sadhana Dzogchen, Maha Guru membabarkan : Apa itu Sunya (Red: kekosongan)? Sukar dijelaskan, karena apa yang dilihat oleh mata kita semuanya adalah ‘Ada’.

Pada sadhana Dzogchen terdapat sebuah sadhana rahasia, saya menuliskannya di buku ‘Mijiao Da Yuanman’ halaman ke-75 artikel berjudul : “Metode Penyerap dan Penuntun - bhavana Dzogchen” (大圓滿攝帶), disitu mengajarkan sadhaka untuk sering memandangi langit berangkasa biru cerah tak berawan. Dimanakah tempat yang bisa untuk melihat langit angkasa cerah tak berawan? Paling bagus dipandangi dari atas puncak gunung, jika tidak bisa juga dipandangi dari tempat bertanah datar, untuk melatih penekunan visualisasi.

Sedangkan dalam “Metode Penyerap dan Penuntun - bhavana Dzogchen” pada buku tersebut menerangkan : Angkasa adalah bentangan kekosongan nan luas. Angkasa adalah Satu. Angkasa adalah segala-galanya. Sebenarnya asal mula ‘Ada’ pada dasarnya jelmaan ‘Kosong’, bentangan langit kosong melingkupi segala keberadaan, didalamnya terkandung makna Dharma yang mendalam.

Apakah asli dan apakah palsu? Di dunia ini ada yang asli pasti ada yang palsu! Guru bertanya : Gigi apa yang tanggal paling terakhir ketika usia tua? Murid menjawab : ‘Gigi palsu’.

Apakah benda yang asli? Liputan berita mengatakan : tidak ada cabe didalam minyak cabe pasaran, tidak ada buah zaitun di dalam minyak zaitun, banyak benda yang penuh kepalsuan….

Sadhaka sering memandang langit cerah tak berawan maka akan menuntun dirinya sendiri memasuki angkasa, karena di atas angkasa ada altar mandala Adinata. Seperti : Maha Guru bervisualisasi wujud Buddha Amitabha sebesar angkasa, kemudian menuntun diri sendiri masuk ke dalam angkasa, inilah langkah metode Penyerap dan Penuntun.

Apa yang dilakukan ketika memandangi langit cerah tak berawan? Sadhaka mesti mempunyai visualisasi yang jelas akan sosok Adinata di atas langit, terus mendaraskan mantra hati Adinata, ataupun melantunkan syair lagu puji-pujian, kemudian di antara diri sadhaka dan Adinata melebur menjadi satu, yakni bisa mencapai kondisi penyatuan antara Buddha dan anda, maka seluruh cahaya terang akan memasuki ke dalam tubuh sadhaka, peleburan dalam kemanunggalan memperoleh kesempurnaan.

Sadhaka melantunkan nama Buddha mengarah ke langit, ataupun mendaraskan mantra hatiNya, maka sadhaka akan bisa menuntun dirinya sendiri untuk melebur dalam kemanunggalan bersama sosok Adinata. Sering-sering renungi sosok Adinata dan altar Mandala Adinata di dalam hati, maka suatu hari kelak juga pasti bisa melebur dalam kemanunggalan. Sadhaka menyerukan namaNya, Ia akan menyerap dan menuntun sadhaka melebur dalam kemanunggalan. Seperti suara mantra hati hari ini ada pekikan suara merak, Adinata beserta makhluk suci penyerta turun ke dalam tubuh Maha Guru, juga merupakan fenomena Tuntunan Penyerapan. Andaikata pelatihan bhavana sadhaka memiliki ambisi menyimpang, seperti berhasrat memperoleh keuntungan pribadi dari persembahan orang lain, memperoleh kemasyuran nama, ini merupakan ambisi yang menyimpang, maka pelatihan sadhana seperti ini akan menghilangkan kesucian dan kemurnian hati….

Buddha Sejati tanpa hasrat kemasyuran nama dan kesejahteraan pribadi, seperti Maha Guru merintis aliran Zhenfozong sudah berkisar 40-an tahun lamanya, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple telah berdiri 28 tahun, namun Maha Guru tiada berposisi apapun di Vihara Seattle, nama Vihara ini adalah nama pemberian Mahadewi Yao Chi di masa lampau, Maha Guru tidak menjadi Kepala Vihara, bahkan Taiwan Lei Tsang Temple memohon Maha Guru menjabat sebagai Kepala Vihara kehormatan disana, tetapi Maha Guru tidak pernah terbersit niat untuk menjadi Kepala Vihara, Maha Guru tidak mengurus bagian administratif dan keuangan, Maha Guru hanya menitikberatkan pembabaran Dharma.

Di seluruh dunia terdapat sejumlah 50-an Vihara Vajra Garbha, Maha Guru tidak berniat demi uang demi nama besar demi tempat kekuasaan, sesungguhnya Maha Guru tidak memiliki Vihara Vajra Garbha satu pun, Maha Guru juga tidak memiliki asisten pribadi untuk mengurus Vihara Vajra Garbha dimanapun.

Sadhaka bisa memperoleh kontak Yukta dengan Yidam, oleh karena tiada ambisi menyimpang di hati sadhaka, Yidam dengan bersenang hati memberikan perlindungan, di masa mendatang sadhaka dan Yidam akan bersatu dalam kemanunggalan kembali kepada angkasa, yang bisa mengerti fenomena ini adalah yang paling diberkahi. Selain itu, jika sadhaka berkemampuan boleh merintis pembangunan Vihara Vajra Garbha, akan lebih baik lagi apabila nama kepemilikan dikembalikan ke yayasan sentral, fokus mengumandangkan Dharma Tantrayana sejati untuk tersebar ke seluruh penjuru dunia, inilah Keunggulan nomor satu. Apabila Vihara diwariskan kepada keturunan anak cucu, sekiranya mereka berganti keyakinan agama lain, maka hal ini kelak akan menjadi faktor kemerosotan tempat ibadah bersangkutan.

Hati seorang sadhaka sejatinya diliputi Buddhata, cerah tanpa awan, berpadu menjadi satu sehingga memperoleh penuntunan dan penyerapan Yidam. Metode ini mirip seperti Sadhana Pengamatan Ilusi (幻觀法), boleh dilatih dengan metode Sadhana Cermin (鑄鏡法) , yaitu di sisi atas cermin diletakkan gambar rupang Yidam, sadhaka melihat sosok Yidam berada di dalam cermin, bervisualisasi mata, telinga, bagian tubuh lainnya bertransformasi menjadi seperti Yidam, dan terakhir diri sendiri diserap memasuki cermin, ini juga mempunyai kemiripan dengan metode Penyerap dan Penuntunan.

Banyak orang yang tidak pernah melihat Sukhavatiloka, lantas tidak boleh berkata keberadaannya itu tidak ada. Hati sadhaka seandainya suci bersih, dengan hati tanpa cela, kebanyakan daripadanya bisa memperoleh kontak Yukta, bagi yang mempunyai ambisi menyimpang maka tidak akan memperoleh kontak Yukta, seandainya memperoleh respons spiritual pun, itu adalah respons spiritual yang didalangi Mara.

Arya Dharmaraja Lian Sheng membabarkan Dharma Tantrayana terunggul sedemikian rupa, segenap umat hadirin menerima dengan hati yang berbahagia, balasan tepuk tangan meriah terdengar dimana-mana. Kemudian segenap umat hadirin dengan tertib berbaris menerima Abhiseka dari Arya Dharmaraja Lian Sheng, upacara Dharma agung pada hari ini pun berlansung dalam suasana kelancaran nan sempurna.

Berkenaan dengan metode Penyerap dan Penuntun di bhavana Dzogchen, Maha Guru di buku karya tulis berjudul “Mijiao Da Yuanman” menulis :

Angkasa adalah bentangan kekosongan nan luas. Angkasa adalah Satu. Angkasa meliputi segala-galanya.

Untuk yang menekuni pelatihan tolong diperhatikan tiga kalimat di atas, “Angkasa” adalah bentangan kekosongan nan luas. (sama berarti ‘Nol’).

Angkasa, meskipun luas tanpa batas, akan tetapi pada wujud keseluruhan angkasa, sejatinya angkasa tidak hanya satu, tetapi tetap satu adanya. Kemudian meneruskan perenungan, “Angkasa” yang pada dasarnya luas tak terbatas, tentu saja angkasa mencakupi segala-galanya.

Dari faktor diatas, dapat dikembangkan menjadi bahwasanya segenap Buddha adalah segenap insan, segenap insan adalah segenap Buddha, satu menyerap satu, dituntun hingga memasuki satu. Penjelasan saya sebagai berikut : saya melihat sesosok Buddha, dalam visualisasi, saya menyerap Buddha memasuki hati saya. Saya kemudian melihat sesosok Bodhisattva, saya kemudian menyerap Bodhisattva memasuki hati saya. Saya kembali melihat sesosok Arahat, saya kembali lagi menyerap Arahat ke dalam hati saya. Pada saat ini di hati saya terdapat Buddha, Bodhisattva, Arahat. Tetapi sebaliknya saya malah menuntun sosok Arahat tadi memasuki Bodhisattva, kemudian menuntun Arahat, Bodhisattva, masuk ke dalam Buddha, langkah-langkah penyerapan dan penuntunan seperti ini, adalah metode Penyerapan dan Penuntunan pada bhavana Dzogchen.

Setiap sadhaka, boleh melatih terlebih dahulu metode penghimpun cahaya disertai metode penyerapan dan penuntunan, metode ini setelah melewati beberapa lama waktu, tatkala cahaya terang telah berhimpun, maka terbukalah terang kebijaksanaan batin, cahaya terang akan tampil dengan sendirinya, segala sifat Jatidiri Hakiki, akan mengalir keluar dengan alamiah.

Melatih metode Penyerapan dan Penuntunan, pada dasarnya telah menyadari bahwa tubuh fana adalah rupa palsu, telah menyadari tubuh material adalah kosong, telah menyadari kebenaran hakiki akan Penerangan pada Keheningan Batin. Berkat buah Siddhi penekunan, barulah seluruh wujud materi Kosong sepenuhnya. Ketika Siddhi diperoleh, pada praktek pengamalan guna-manfaat segala rintangan akan sirna, terwujudlah peleburan antara rupa Sunya dan Bhava. (Red : Sunya = kekosongan; Bhava = keberadaan).

Sumber Terjemahan

~~~~~~~~~~~~~~~~

【TBSky Bahasa Indonesia】Mempersembahkan warta berita terbaru, artikel pelimpahan jasa untuk kepedulian terhadap sesama insan, perenungan Silsilah melalui Petuah Emas dan Dharmadesana Yang Mulia Mulacarya Lian Sheng, serta berbagi foto agung para Buddha Bodhisattva!

Silahkan menekan tombol ‘LIKE’ di halaman utama Facebook Fanspage “TBSkyBahasaIndonesia”, untuk memudahkan notifikasi setiap kali adanya berita terbaru ke hadapan Anda!

※Facebook Fanspage :
TBSky Chinese : https://www.facebook.com/nkingsky
TBSky English : https://www.facebook.com/TBSkyNews
TBSky Bahasa Indonesia : https://www.facebook.com/TBSkyBahasaIndonesia

No comments:

Post a Comment