Thursday, September 26, 2013

【Koleksi Dharmadesana Arya Sheng-yen Lu】Aliran Tantrayana mengajarkan 4 Tahapan

【盧勝彥尊者開示精選】密教講四個層次。
【Koleksi Dharmadesana Arya Sheng-yen Lu】Aliran Tantrayana mengajarkan 4 Tahapan


Tahap pertama, “Ekagra” (專一) yakni hendaklah terpusatkan pada satu titik, terpusat disini dapat dijelaskan sebagai kokohnya aspirasi menekuni Jalan Bodhi (magga-citta). Penekunan Bhavana tentunya harus ‘sepenuh hati’. Saya menjalani pertapaan pengasingan selama 5 tahun ini, tiada lain dengan ‘kesepenuhan hati’, dimanakah letak kesepenuhan hati saya? Yaitu terlahirkan ke Alam Suci, pembebasan Dukkha melampaui Samsara, bersarana kepada Namo Amitabha Buddha. Tidak soal bagaimanakah rupa badai di luar, sungguh banyak kerisauan batin di luar, namun Maha Guru tetap saja sepenuh hati kepada Buddha. Sepanjang 5 tahun pertapaan ini, saya senantiasa melakukan penekunan bhavana, tiada pernah terputuskan. (hadirin bertepuk tangan) Seperti jam 5 pagi hari ini saya terbangun, waktu di Yunani adalah jam 7, jadi secara alamiah saya akan bangun jam 5. Saya setiap hari tidak soal apakah darmawisata ataupun mengerjakan apapun, pasti merampungkan tugas rutin sadhana. Saya kini mengucapkan sebuah kalimat di hadapan Buddha Bodhisattva, di hadapan Mahadewi Yaochi Jinmu, Guru Akar Sakyamuni Buddha, Ksitigarbha Bodhisattva, di hadapan seluruh Buddha Bodhisatva, para Dharmapala, Dhakini dan Deva, sepanjang 5 tahun pertapaan ini, tiada pernah satu hari pun meninggalkan aktivitas sadhana. (hadirin bertepuk tangan)

Tahap Kedua, “Nisprapanca” (離戲) yakni kesahajaan meninggalkan objek kesenangan. Pengasingan diri dalam pertapaan ialah peninggalan kesenangan, makna ‘kesenangan’ adalah semua wujud kesenangan telah tiada berada, tiada nyanyian, tiada tarian, tiada seluruh gangguan dari luar, seutuhnya meninggalkan objek keduniawian, yang tersisa hanyalah anda dan Buddha selamanya bersama-sama, inilah makna peninggalan objek kesenangan. Jadi semasa mengasingkan diri dalam pertapaan, ada umat kebetulan bertemu saya, saya pun berkata saya adalah adiknya Maha Guru Lu, Master Lu is my brother, older brother (hadirin tertawa) Karena saya tidak ingin memperoleh kontak dengan orang luar, inilah peninggalan objek kesenangan.

Kemudian yang Ketiga, “Yoga” (瑜珈), seperti yang dikatakan Guru Dhara tadi mengenai “kemanunggalan”. Saya visualisasikan Buddha, “Zha. Hum. Ban. Huo”, menggunakan Empat Metode Pengundangan untuk “memasuki”, yang bermakna Buddha memasuki diriku dan ‘menetap’ didalamnya, menetap didalam tubuh saya. “Peleburan” bermakna menyatu bersama saya. Pada saat ini wujud pandangan akan alam semesta, seluruhnya berada dalam ‘satu-kesatuan’, inilah ‘Kebenaran Hakiki ’ (Paramartha Satya) yang dibabarkan Buddha, segenap insan adalah Buddha Bodhisattva, tempat yang kutinggali adalah Alam Barat Sukhavatiloka, Mahapadminiloka, (hadirin bertepuk tangan) Segala yang saya pandangi adalah Buddhaloka yang nyata. Segala fenomena adalah sebuah Adarsa-Jnana (Red: Kebijaksanaan Agung Cermin Bundar), Maha Kesempurnaan, Maha Cahaya Terang Tak Terbatas. Karena anda telah menekuni peninggalan objek kesenangan, menyirnakan berbagai jenis kebiasaan buruk diri sendiri, maka dengan alamiah akan membuktikan sifat keBuddhaan, apakah yang terjadi kemudian setelah membuktikan keBuddhaan? Maka yang tersisa adalah ‘Kebenaran Hakiki’.

(Catatan Redaksi : Pada buku karya tulis Maha Guru Lian Sheng ke-154 “Cahaya Kebijaksanaan”, Maha Guru menerangkan lebih lanjut tahap ketiga ini sebagai 一味瑜伽 : “Samarasa Yoga”).

Tahap Keempat adalah “Abhavana” (無修) : Tiada Penekunan, ucapan anda ialah pendarasan mantra, yang terdengar di telinga adalah suara surgawi, musik surgawi, pikiran adalah Buddhata (sifat keBuddhaan), segala yang ditampilkan, seluruhnya adalah wujud keBuddhaan. Badan digerakkan, adalah Mudra, berbicara adalah mendaraskan Mantra, mata memandang seluruhnya adalah Alam Suci Buddhaloka, telinga mendengarkan seluruhnya adalah keelokan suara surgawi. Segala aktivitas, seperti berjalan, menetap, duduk, berbaring, semuanya menjadi aktivitas Buddha, inilah makna Abhavana-Yoga. Karena pada tahapan ini, tidak berlatih sama halnya berlatih, berlatih sama halnya tidak berlatih, maka disebut sebagai “Abhavana-Yoga”. Segala aktivitas, semuanya berada dalam kondisi tiada pergolakan, yang mana seperti kondisi yang tertera di Sutra Intan, “Pencetusan niat tanpa kemelekatan pada kondisi apapun” (不住一切而生其心).

Saya beritahu anda, sebenarnya sepanjang hayat saya berada di alam duniawi ini, filosofi hidup saya ialah hidup sehari, berbahagia sehari, Happy monk ; hidup sehari, bersyukur sehari; hidup sehari, bersadhana sehari. Inilah 3 falsafah utama dalam kehidupan! Setiap orang hendaklah berbahagia, menekuni bhavana adalah suatu kebahagiaan, bersyukur adalah kebahagiaan, kita tiada dendam kesumat terhadap apapun.

Andaikata ada siswa yang berbuat suatu kesalahan, oleh karena ia masihlah seorang insan fana, kita seharusnya lebih perlu lagi membimbingnya, hendaklah lebih berbelas kasih kepadanya, hendaklah lebih menolongnya, hendaklah lebih perlu lagi menyadarkannya. Jadi, yang paling penting, hati seorang sadhaka tidak boleh memiliki kebencian, Benci merupakan akar tumimbal lahir, Cinta pun merupakan akar tumimbal lahir. Mesti bagaimanakah sehingga tidak tergolongkan sebagai akar tumimbal lahir? Kenalilah kesucian sifat keBuddhaan sediakala yang senantiasa kekal berada di dalam diri anda, ini barulah akar pokok yang terutama.

Kutipan dari :
《Dharmadesana Dharmaraja Lian Sheng 31 Mei 2006 di True Buddha Temple London (真渡雷藏寺/Zhendu Leizangsi)》


 ※Untuk membaca lebih banyak berita marilah bergabung di TBSky
Versi Mandarin : 【真佛天空新聞台】 http://www.tbnsky.info/
Versi bahasa Inggris : http://blog.udn.com/TBSkyNews
Versi bahasa Indonesia : http://tbskyindonesia.blogspot.com/

※Facebook Fanspage :
TBSky Chinese : https://www.facebook.com/nkingsky
TBSky English : https://www.facebook.com/TBSkyNews
TBSky Bahasa Indonesia : https://www.facebook.com/TBSkyBahasaIndonesia    


No comments:

Post a Comment